Membuat Jadwal Retensi Arsip yang Tepat

Pendahuluan

Setiap organisasi, baik perusahaan swasta, lembaga pemerintahan, maupun institusi nirlaba, dihadapkan pada tumpukan dokumen fisik dan digital yang terus bertambah seiring waktu. Tanpa pengelolaan yang baik, arsip akan menumpuk, memakan ruang, dan menyulitkan ketika mencari informasi penting. Salah satu solusi praktis adalah menyusun jadwal retensi arsip (retention schedule) yang tepat. Jadwal ini akan menentukan berapa lama suatu dokumen harus disimpan sebelum dimusnahkan atau dipindahkan ke tempat penyimpanan jangka panjang. Artikel ini akan menjelaskan konsep dasar retensi arsip, manfaatnya, langkah-langkah pembuatan, kategori arsip, faktor yang perlu dipertimbangkan, serta contoh sederhana jadwal retensi. Artikel ditulis secara terstruktur dan mudah dipahami oleh orang awam.

1. Apa Itu Jadwal Retensi Arsip?

Jadwal retensi arsip adalah dokumen atau kebijakan tertulis yang memuat ketentuan lamanya setiap jenis dokumen harus disimpan dalam suatu organisasi. Retensi berarti waktu menahan atau mempertahankan dokumen tertentu hingga batas waktu tertentu. Setelah melewati masa retensi, dokumen tersebut dapat dipusnahkan (jika tidak memiliki nilai historis atau hukum lebih lanjut) atau dipindahkan ke arsip jangka panjang (misalnya arsip nasional, museum, atau gudang penyimpanan khusus).

Secara sederhana, jadwal retensi arsip berfungsi sebagai “buku petunjuk” yang menjawab pertanyaan:

  1. “Dokumen jenis apa saja yang kita miliki?”
  2. “Berapa lama dokumen tersebut harus disimpan?”
  3. “Apa tindakan selanjutnya setelah masa simpan berakhir?”

Dengan adanya jadwal retensi yang jelas, organisasi tidak akan menyimpan dokumen secara sewenang-wenang hingga menumpuk tak terkontrol atau malah membuang terlalu cepat, sehingga berpotensi melanggar peraturan.

2. Mengapa Jadwal Retensi Arsip Penting?

  1. Memenuhi Kepatuhan (Compliance)
    Banyak peraturan pemerintah, standar internasional, atau kebijakan internal organisasi yang mengatur masa simpan dokumen-misalnya undang-undang perpajakan mengharuskan perusahaan menyimpan laporan keuangan 10 tahun, atau undang-undang ketenagakerjaan yang mengatur penyimpanan data karyawan selama beberapa tahun setelah pemutusan kontrak. Dengan jadwal retensi, organisasi bisa memastikan tidak melanggar peraturan.
  2. Menghemat Ruang dan Biaya Penyimpanan
    Dokumen fisik menumpuk memerlukan ruang lemari, rak, bahkan gudang khusus. Dokumen digital memakan kapasitas server atau cloud. Tanpa jadwal retensi, organisasi cenderung menyimpan “semua” dokumen tanpa seleksi, yang berujung pada biaya sewa ruang arsip semakin besar dan performa server menurun. Jadwal retensi membantu memilih dokumen yang benar-benar perlu disimpan.
  3. Efisiensi Akses Informasi
    Dengan menghapus atau memindahkan dokumen yang sudah melewati masa simpan, database dan rak arsip menjadi lebih “bersih.” Proses pencarian dokumen penting berjalan lebih cepat, karena sistem hanya menelusuri kumpulan dokumen yang masih valid sesuai retensi.
  4. Mengurangi Risiko Hukum dan Keamanan Data
    Menyimpan data pribadi karyawan atau pelanggan lebih lama dari yang diizinkan dapat menyalahi Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi. Selain itu, semakin lama data tidak relevan disimpan, semakin tinggi risiko kebocoran jika ada serangan siber atau pelanggaran keamanan fisik. Jadwal retensi akan memastikan data pribadi dihapus tepat waktu.
  5. Nilai Historis dan Kearsipan
    Beberapa dokumen walaupun telah melewati masa simpan hukum, tetap memiliki nilai sejarah (misalnya laporan tahunan pertama perusahaan, foto kegiatan pendirian lembaga, arsip penelitian awal) dan perlu dipindahkan ke arsip jangka panjang. Dengan kriteria yang jelas dalam jadwal retensi, organisasi dapat memilah dokumen mana yang harus dipindahkan ke arsip permanen.

3. Langkah-Langkah Membuat Jadwal Retensi Arsip

Berikut urutan langkah praktis untuk menyusun jadwal retensi arsip yang mudah dipahami dan diimplementasikan:

  1. Inventarisasi Jenis Dokumen
    • Mulailah dengan membuat daftar semua jenis dokumen yang dimiliki organisasi, baik yang berbentuk kertas (fisik) maupun digital.
    • Kelompokkan dokumen menurut fungsi/jenis: keuangan, SDM, legal, proyek, email, inventaris aset, laporan bulanan/tahunan, dan sebagainya.
    • Cantumkan format dokumen: misalnya faktur kertas, faktur digital (PDF), laporan Word, foto digital, CD/DVD, email, file database, dan lain-lain.
  2. Identifikasi Nilai dan Karakteristik Dokumen
    • Tentukan nilai hukum (apakah dokumen tersebut diwajibkan disimpan oleh undang-undang?), nilai ekonomi (apakah dokumen ini berkaitan dengan bukti transaksi?), nilai administratif (apakah dokumen ini diperlukan dalam operasional harian?), dan nilai historis (apakah dokumen ini memiliki arti sejarah bagi organisasi?).
    • Beri “tingkat prioritas” atau “kategori nilai” (contoh: Tingkat 1 = wajib disimpan; Tingkat 2 = boleh dipindahkan ke arsip jangka panjang; Tingkat 3 = boleh dimusnahkan setelah jangka waktu tertentu).
  3. Riset Kebijakan dan Peraturan yang Berlaku
    • Cari dan cermati peraturan pemerintah (misalnya peraturan perpajakan, ketenagakerjaan, pemerintahan daerah, dll.) yang mengatur masa simpan minimal setiap jenis dokumen.
    • Lihat pula kebijakan perusahaan, standar ISO (jika ada), atau pedoman dari lembaga profesi yang relevan.
    • Catat batas waktu (retention period) secara spesifik, misalnya:
      • Dokumen keuangan: faktur, kwitansi, buku besar → simpan 10 tahun.
      • Dokumen SDM: kontrak kerja, kartu absensi, slip gaji → simpan 7 tahun setelah karyawan keluar.
      • Email internal yang berkaitan dengan keputusan strategis → simpan 5 tahun sebelum dimusnahkan (kecuali ada nilai historis).
  4. Tentukan Periode Retensi
    • Berdasarkan temuan dalam langkah 2 dan 3, tetapkan jangka waktu simpan (dalam bulan atau tahun) untuk setiap jenis dokumen.
    • Contoh:
      1. Keuangan
        • Buku besar: 10 tahun
        • Faktur pajak: 10 tahun
        • Laporan audit internal: 5 tahun
      2. Sumber Daya Manusia (SDM)
        • Kontrak kerja: 7 tahun setelah habis masa kerja
        • Slip gaji: 5 tahun
        • Formulir rekrutmen: 1 tahun setelah proses rekrutmen selesai
      3. Legal/Perizinan
        • Izin usaha: selama izin masih berlaku + 2 tahun setelah berakhir
        • Kontrak kerja sama: 5 tahun setelah kontrak berakhir
      4. Proyek
        • Dokumen perencanaan proyek: 3 tahun setelah proyek selesai
        • Laporan akhir proyek: 5 tahun
      5. Dokumen Digital (Email, File Presentasi, dll.)
        • Email internal: 1 tahun (kecuali yang berkaitan dengan keputusan penting, simpan 5 tahun)
        • File presentasi rapat: 2 tahun setelah rapat terakhir
  5. Rancang Format Jadwal Retensi
    • Buat tabel sederhana yang memuat kolom minimal: No., Jenis Dokumen, Deskripsi Singkat, Kategori (Nilai), Periode Retensi (bulan/tahun), Tindakan Setelah Retensi (misalnya dimusnahkan, dipindahkan), dan Dasar Hukum/Referensi.
    • Contoh format:
      No. Jenis Dokumen Deskripsi Kategori Retensi Tindakan Setelah Retensi Dasar Hukum/Referensi
      1 Faktur Penjualan Kwitansi dan faktur pelanggan Keuangan 10 tahun Dimusnahkan UU Perpajakan No. 36/2008
      2 Kontrak Kerja Karyawan Dokumen perjanjian kerja karyawan SDM 7 tahun Dipindah ke arsip jangka panjang PP No. 43 Tahun 2018
      3 Laporan Rapat Direksi Notulen rapat bulanan direksi Admin 3 tahun Dimusnahkan Kebijakan Internal Perusahaan
      4 Email Keputusan Strategis Email yang menghasilkan keputusan Admin 5 tahun Dimusnahkan Pedoman Manajemen Dokumen
      5 Foto Dokumentasi Proyek Gambar/foto selama pelaksanaan proyek Proyek 5 tahun Dipindah ke arsip sejarah Kebijakan Internal
  6. Validasi dan Persetujuan
    • Setelah tabel jadwal retensi selesai disusun, ajukan kepada manajemen atau pejabat yang berwenang (misalnya Kepala Departemen, Kepala Bagian, atau Ketua Tim Kearsipan) untuk ditinjau dan disetujui.
    • Pastikan setiap pihak memahami kategori dan periode retensi yang diusulkan, serta konsekuensi hukum jika tidak diikuti.
  7. Sosialisasi ke Seluruh Pengguna
    • Buat sosialisasi tertulis (memo, email, presentasi singkat) kepada seluruh staf/tim terkait agar mereka memahami:
      1. Apa itu jadwal retensi,
      2. Jenis dokumen yang mereka hasilkan atau kelola,
      3. Tanggung jawab mereka untuk mengikuti jadwal retensi.
    • Jika perlu, adakan pelatihan singkat (workshop) untuk menjelaskan langkah-langkah memindahkan, memusnahkan, ataupun menyimpan dokumen sesuai jadwal.
  8. Monitoring dan Evaluasi Berkala
    • Tentukan interval pengecekan, misalnya setiap 6 bulan atau setahun sekali, untuk memeriksa:
      • Apakah ada dokumen yang harus dimusnahkan tapi belum?
      • Apakah ada jenis dokumen baru yang muncul dan perlu ditambahkan ke jadwal retensi?
      • Apakah kebijakan retensi masih sesuai dengan peraturan terbaru?
    • Buat catatan (log) setiap tindakan pemusnahan atau pemindahan, mencantumkan tanggal, jenis dokumen, jumlah, dan pihak yang bertanggung jawab.

4. Kategori Arsip dalam Jadwal Retensi

Memahami kategori arsip akan membantu memetakan periode retensi dengan lebih tepat. Berikut beberapa kategori umum:

  1. Arsip Aktif
    • Dokumen yang sering diakses dalam operasional harian. Misalnya: laporan penjualan bulanan, daftar absensi, dokumen persetujuan kredit, kontrak kerja karyawan yang masih berlaku.
    • Biasanya tetap disimpan di ruang kerja atau server lokal, dengan periode retensi sesuai nilai fungsi administrasi.
  2. Arsip Inaktif
    • Dokumen yang masih memiliki nilai hukum atau nilai administratif tetapi jarang diakses. Misalnya: laporan audit tahun lalu, buku besar keuangan beberapa tahun terakhir, kontrak kerja karyawan yang sudah tidak aktif.
    • Biasanya dipindahkan ke ruang arsip khusus (arsip jangka menengah) atau server khusus untuk arsip inaktif.
  3. Arsip Jangka Panjang (Permanen/Historis)
    • Dokumen yang penting secara sejarah (misalnya akta pendirian perusahaan, laporan tahunan pertama, foto kegiatan besar pendirian lembaga).
    • Biasanya disimpan tak terbatas waktu (permanent retention) di ruang arsip jangka panjang atau diserahkan ke lembaga kearsipan nasional/pemerintah.
  4. Arsip Riset/Dokumentasi
    • Data riset, hasil survey, atau dokumen dokumentasi proyek yang memiliki nilai khusus untuk referensi atau kajian ilmiah.
    • Retensi bergantung kebutuhan: bisa 5-10 tahun, atau bahkan permanen jika menjadi bahan kajian mendalam.

5. Faktor-Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Menentukan Masa Retensi

  1. Ketentuan Hukum dan Regulasi
    • Pastikan selalu memeriksa undang-undang, peraturan pemerintah, standar profesi, atau pedoman lembaga terkait. Contoh: UU Perpajakan, UU Ketenagakerjaan, Peraturan Arsip Nasional.
  2. Nilai Bisnis/Administratif
    • Dokumen yang masih dipakai untuk pengambilan keputusan, audit internal, atau laporan manajemen harus disimpan sesuai kebutuhan fungsinya.
  3. Nilai Historis
    • Beberapa dokumen walaupun telah melewati masa simpan administratif, bisa memiliki nilai sejarah penting.
  4. Kapasitas Penyimpanan
    • Jika organisasi hanya memiliki ruang terbatas atau kapasitas server kecil, pertimbangkan retensi yang rasional agar tidak terlalu membebani sumber daya.
  5. Biaya Pemusnahan dan Pemindahan
    • Proses pemusnahan fisik (pembakaran, pencacahan kertas) atau digital (hapus aman data) memerlukan biaya dan prosedur tertentu. Perhitungkan anggaran agar proses berjalan lancar.
  6. Kerentanan terhadap Risiko Bencana
    • Jika kantor di daerah rawan banjir, lebih baik memindahkan arsip inaktif ke lokasi penyimpanan aman sesegera mungkin setelah masa retensi berakhir untuk menghindari kerusakan.
  7. Tingkat Kerahasiaan
    • Dokumen rahasia (misalnya data pribadi karyawan, dokumen strategis) sebaiknya dimusnahkan melalui metode yang aman (pencacahan, degaussing hard disk) setelah melewati masa retensi.

6. Contoh Jadwal Retensi Arsip Sederhana

Di bawah ini adalah contoh tabel jadwal retensi arsip sederhana untuk organisasi skala kecil/menengah:

No. Jenis Dokumen Deskripsi Singkat Kategori Retensi Tindakan Setelah Retensi Dasar Hukum/Referensi
1 Nota Pembelian Bukti transaksi pembelian barang Keuangan 5 tahun Dimusnahkan (cetak / digital) UU Perpajakan No. 36/2008
2 Laporan Keuangan Tahunan Neraca, laba rugi, arus kas Keuangan 10 tahun Dipindah ke arsip inaktif UU Perusahaan No. 40/2007
3 Kontrak Kerja Karyawan Perjanjian kerja antara perusahaan & karyawan SDM 7 tahun Dipindah ke arsip jangka panjang PP No. 43/2018
4 Slip Gaji Bukti pembayaran gaji karyawan SDM 5 tahun Dimusnahkan UU Ketenagakerjaan No. 13/2003
5 Dokumen Proyek (Perencanaan) Rencana proyek, timeline, dan anggaran Proyek 3 tahun Dimusnahkan Kebijakan Internal
6 Laporan Proyek (Akhir) Hasil evaluasi proyek, Laporan Final Proyek 5 tahun Dipindah ke arsip jangka panjang Kebijakan Internal
7 Surat Keputusan (SK) Internal SK direktur, SK pembentukan tim Admin 5 tahun Dimusnahkan Kebijakan Organisasi
8 Email Keputusan Strategis Email yang memuat keputusan penting Admin 2 tahun Dimusnahkan Kebijakan Internal
9 Dokumentasi Foto Kegiatan Kantor Foto rapat, foto pelatihan, foto acara Dokumentasi 5 tahun Dipindah ke arsip sejarah Kebijakan Internal
10 Laporan Audit Internal Hasil audit internal perusahaan Audit 5 tahun Dimusnahkan Kebijakan Internal

Pada tabel di atas, setiap jenis dokumen memiliki periode retensi spesifik dan tindakan setelah masa simpan berakhir. Dasar hukum atau referensi mencantumkan aturan yang digunakan sebagai pegangan.

7. Tips Agar Jadwal Retensi Berjalan Efektif

  1. Libatkan Pemangku Kepentingan (Stakeholders) Sejak Awal
    • Ajukan masukan kepada tim keuangan, SDM, legal, serta departemen lain yang menjadi “pemilik dokumen.” Dengan begitu, pandangan semua pihak terakomodasi.
  2. Buat Panduan Singkat dan Mudah Dipahami
    • Selain tabel jadwal retensi, sediakan “panduan ringkas” (misalnya berupa flyer atau poster) yang menjelaskan cara menggunakan jadwal retensi-bagaimana cara membaca tabel, siapa yang bertanggung jawab, dan apa langkah terakhir (memusnahkan atau memindahkan).
  3. Gunakan Penomoran dan Label Warna pada Rak Fisik
    • Untuk arsip kertas, beri label warna pada folder atau rak sesuai kategori retensi. Misalnya, label merah untuk arsip yang sudah lewat masa simpan dan siap dimusnahkan; label kuning untuk arsip inaktif yang harus dipindahkan.
  4. Jadwalkan “Hari Pemusnahan Dokumen” Secara Berkala
    • Misalnya setiap triwulan atau semester. Ajak tim kearsipan, keuangan, dan legal untuk menyaksikan proses pemusnahan arsip digital (file server) dan fisik (pencacahan kertas). Buat berita acara sebagai bukti sah bahwa dokumen sudah dimusnahkan.
  5. Buat Rekaman (Log) Pemusnahan dan Pemindahan
    • Tuliskan tanggal, jenis dokumen, jumlah eksemplar, dan nama petugas yang bertanggung jawab. Simpan log ini sebagai bukti kepatuhan jika suatu saat diperlukan untuk audit.
  6. Perbarui Jadwal Retensi Jika Ada Perubahan Regulasi
    • Rutin cek peraturan terbaru setiap tahun. Misalnya, jika pemerintah mengubah masa simpan dokumen pajak dari 10 menjadi 12 tahun, maka jadwal retensi Keuangan harus disesuaikan.
  7. Manfaatkan Teknologi untuk Dokumen Digital
    • Gunakan fitur “retention policy” di sistem manajemen dokumen elektronik (EDMS). Beberapa layanan cloud (misalnya Google Workspace, Microsoft 365) sudah menyediakan fitur otomatis untuk menghapus atau memindahkan file berdasarkan tanggal dibuat.
  8. Latih Karyawan Baru Mengenai Jadwal Retensi
    • Setiap ada karyawan baru, sertakan materi tentang jadwal retensi dalam proses orientasi kerja (onboarding). Dengan begitu, setiap orang yang membuat dokumen baru sudah memahami ­bagaimana dokumen tersebut akan dikelola di kemudian hari.

8. Tantangan Umum dan Cara Mengatasinya

Meskipun jadwal retensi terlihat sederhana, dalam prakteknya implementasinya sering menemui tantangan, misalnya:

  1. Kurangnya Pemahaman di Kalangan Staf
    • Solusi: Adakan pelatihan rutin dan sesi tanya jawab singkat. Gunakan contoh kasus nyata agar lebih mudah dipahami.
  2. Dokumen yang Tidak Kategori Jelas
    • Kadang muncul dokumen baru yang tidak masuk kategori yang sudah ada.
    • Solusi: Tetapkan prosedur “peninjauan dokumen baru”-tim kearsipan memutuskan kategori dan masa simpan untuk dokumen yang tak terduga.
  3. Ketidaksesuaian Antara Versi Jadwal Retensi Lama dan Regulasi Baru
    • Beberapa organisasi jarang memperbarui jadwal retensi sehingga terabaikan perubahan peraturan pemerintah.
    • Solusi: Buat mekanisme pengingat (reminder) setahun sekali untuk meninjau kembali jadwal retensi dan kebijakan baru.
  4. Kesulitan Pemusnahan Arsip Fisik dan Digital
    • Untuk dokumen fisik: butuh jasa pencacahan atau pembakaran khusus; untuk dokumen digital: butuh metode hapus aman (secure delete) agar file benar-benar tidak dapat dipulihkan.
    • Solusi: Sediakan anggaran khusus untuk jasa pemusnahan, serta instruksikan petugas IT menggunakan aplikasi “wipe” untuk menghapus file digital.

9. Kesimpulan

Menyusun jadwal retensi arsip yang tepat adalah langkah kunci dalam pengelolaan dokumen yang efisien, aman, dan patuh terhadap regulasi. Melalui jadwal retensi, organisasi dapat:

  1. Memenuhi kewajiban hukum dengan menyimpan dokumen sesuai periode yang ditentukan.
  2. Menghemat ruang untuk penyimpanan fisik maupun digital, dengan memusnahkan dokumen yang sudah tidak diperlukan.
  3. Meningkatkan efisiensi akses informasi, karena data yang masih relevan dan valid lebih mudah ditemukan.
  4. Mengurangi risiko kebocoran atau penyalahgunaan data, terutama data pribadi atau dokumen rahasia.
  5. Mengarsipkan dokumen bersejarah untuk kebutuhan referensi, penelitian, atau publikasi di masa depan.

Langkah-langkah utama untuk membuat jadwal retensi meliputi inventarisasi jenis dokumen, identifikasi nilai dan karakteristik, riset kebijakan yang berlaku, penetapan periode retensi, validasi bersama pemangku kepentingan, serta sosialisasi dan evaluasi berkala. Dengan mengikuti panduan praktis di atas dan mengatasi tantangan umum, pembuatan jadwal retensi akan berjalan lebih mulus dan berdampak positif pada kinerja organisasi.

Sebagai penutup, jadwal retensi tidak boleh hanya dibuat lalu disimpan di lemari – tetapi harus diintegrasikan dalam budaya kerja sehari-hari. Ajak seluruh tim berperan aktif untuk menjaga dokumen tetap terkelola dengan baik, sehingga manfaat jangka panjang seperti efisiensi biaya, kepatuhan hukum, dan keamanan data benar-benar tercapai. Semoga artikel ini membantu Anda memahami cara membuat jadwal retensi arsip yang tepat dan dapat langsung diterapkan di lingkungan kerja maupun usaha.